SEMOGA MEMBAWA MANFAAT

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

 

love life dividers pink divider roses comments

 

Flames Pictures Fire Pictures Lamps clipart blogger myspace hi5 templates banners

free animated website at tripod.com



Saturday, March 7, 2009

Aborsi dengan sikap remaja---LUNTAS


Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri ( Munajat, N.,2000). Aborsi atau pengguguran berbeda dengan keguguran atau keluron (bahasa jawa). Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja ( abortus provokatus ), yakni kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan yang berhenti karena faktor – faktor alamiah atau disebut abortus spontaneous (Hawari, D., 2006). Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk menghentikan kehamilan, baik dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti dokter, dukun bayi, dukun pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan cara meminum obat-obatan atau ramuan tradisional (Wiknjosastro, Gulardi dalam Ulfah,M. dan Ghalib,A., 2004). Namun tindakan aborsi tersebut mengandung risiko yang cukup tinggi, apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standard profesi medis (Munajat, N.,2000).Aborsi seperti itu dapat menyebabkan infeksi disertai dengan perdarahan bahkan kematian. Risiko tersebut akan lebih tinggi bila terjadi pada usia remaja dan juga akan berdampak pada kesehatan reproduksinya. Aborsi pada usia remaja terjadi antara lain karena kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Akibat dorongan yang mendesak untuk mengakhiri kehamilan tersebut sejumlah remaja tanpa memikirkan risiko yang ditimbulkan, memilih aborsi sebagai pilihan terakhirnya (Dianawati,, 2003).
Kesehatan reproduksi remaja telah menjadi isu global. Hampir seluruh Negara menjadikan masalah ini sebagai salah satu program utama. Berdasarkan data, kondisi kesehatan reproduksi remaja cenderung menurun dan aborsi dikalangan remaja cenderung meningkat (Purbaningsih, 2004). Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp. OG., MARS berpendapat bahwa aborsi di Indonesia tercatat sebanyak 2,3 juta kasus setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 15% sampai 30% dilakukan oleh remaja (Anonymus, 2005). Sedangkan angka kejadian aborsi di Surabaya khususnya tidak dapat diketahui secara pasti, karena tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melaporkannya. Kejadian aborsi ini menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa aborsi berkontribusi sebesar 11% terhadap kematian ibu di Indonesia. Bahkan menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH diperkirakan prosentase tersebut bisa mencapai 30 – 50 % (PKBI, 2004).

Sekarang ini, banyak terdengar kasus – kasus aborsi yang dilakukan oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab. Berita – berita yang memuat kasus aborsi illegal yang dilakukan oleh tenaga dpkter ternyata masih banyak dilakukan (Dianawati, 2003). Padahal Kodeki memberikan pedoman bahwa dokter tidak boleh melakukan aborsi, sebab dokter Indonesia harus melindungi makhluk insani sejak pembuahan sampai dengan kematiannya. Berdasarkan UU Kesehatan no.23 tahun 1992, aborsi hanya bisa dilakukan kalau ada indikasi medis sebagai satu – satunya upaya menyelamatkan nyawa ibu. Sehingga praktik aborsi yang selama ini berlangsung sebenarnya adalah praktik ilegal (Kusmaryanto, 2004). Aborsi ilegal ini kemungkinan terjadi karena rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi (Dianawati, 2003).Dengan minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja, kerap terjadi penyalahgunaan fungsi seksual. Hanya mengejar kenikmatan sesaat, tidak sedikit dari mereka berani malakukan hubungan seksual. Tidak heran kini banyak permasalahan yang datang menyertainya, termasuk semakin beragamnya penyakit menular seksual (PMS) dan aborsi (Anonymus, 2005).

Oleh karena itu perlu adanya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar di kalangan remaja. Termasuk tentang seksualitas, organ reproduksi, kehamilan, dsb. Dalam kasus ini juga diperlUkan adanya informasi yang benar di kalangan remaja tentang aborsi. 

PEMIKIRAN PENULIS --- URUN REMBUG :

Upaya memberikan informasi kesehatan tersebut diberikan kepada remaja sebagai sebuah program wajib yang mestinya dilakukan secara bersama antara instansi pemerintah melalui dinas kesehatan--puskesmas dan bidan praktek swasta dengan dinas pendidikan ---di kecamatan, yang secara rutin dan berkesinambungan dan terstruktur minimal satu bulan sekali bergilir kesekolah-sekolah (TK, SD, SMP , SMA dan universitas) yang ada di wilayah kerja puskesmas dan diknas kecamatan. 

Saya yakin diatas kertas baik di puskesmas dan di diknas program pemberian pendidikan informasi ke masyarakat itu ada dan ada dananya. Artinya, tentunya bukanlah suatu alasan klasik karena tidak ada anggaran yang menjadi kambing hitam dari macetnya pemberian informasi ke masyarakat dalam rangka mencerdaskan bangsa dan menuju Indonesia Sehat akan menjadi slogan di angan-angan.

Kalau posyandu adalah bisa diterjemahkan sederhana sebagai upaya pemberian informasi kesehatan pada ibu dan balita, yang mesti juga program2 nya begitu apik tertata namun terobosannya masih belum spektakuler. Revitalisasi posyandu akan kita bahas berikutnya.

Masalah penanganan remaja : siapa dan bagaimana mengkontrol "pembenaran-pembenaran"atas jawaban mereka atas hasil kerja bahwa mereka telah melakukan program LUNTAS -- PENYULUHAN TUNTAS (istilah penulis sendiri)  itu. KENYATAAN YANG ADA ; PRESENTASI ABORSI DI KALANGAN REMAJA SEMAKIN HARI SEMAKIN MENINGKAT!!!

Dari pengalaman lapangan penulis mengadakan penelitian dan membaca beberapa hasil penelitian bahwa pengetahuan remaja tentang aborsi, kesehatan reproduksi dan sebagainya  67% berpengetahuan kurang, cara memperoleh pengetahuan 50% pengetahuan di serap dari media bebas yang di terjemahkan sendiri menurut mereka (tv, koran, internet, cerita orang, dsb). Apakah secara khusus dan rutin selama anda sekolah pernah mendapatkan kunjungan atau penyuluhan khusus tentang kesehatan(kespro, aborsi, PHBS, dsb) di sekolah/kampus anda?. Jawabannya : selama sekolah pernah sekali (baik di SD, SMP,SMA, Universitas)  perbandingannya jauh lebih banyak dari yang menjawab khusus dan rutin merupakan program sekolah . 

Bisa di prediksi perilaku apa yang terjadi kalau remaja dengan pengetahuan yang kurang, memperoleh pengetahuan dg cara sendiri dan disikapi sendiri tanpa pendampingan pihak sekolah / keluarga atau pihak-pihak yang tepat mengarahkan mereka?.

Solusi menurut penulis:

Diknas kecamatan, puskesmas, bidan praktek swasta, serta stake holder yang lain yang dipandang perlu sesuai dengan kondisi lapangan bersama bergandeng tangan turun ke lapangan memberikan bukan saja penyuluhan tetapi berikut pendampingan evaluasi hasil penyuluhannya. Yang secara teknis menurut penulis, beliau-beliaulah yang lebih berwenang dan kompeten memikirkan teknis dan solusinya.

Bisa pula dalam silabus ditambahkan materi wajib tentang pengetahuan/ penyuluhan kesehatan yang diberikan khusus oleh Tenaga Kesehatan yang kompeten menyuluh / melakukan PROMOSI KESEHATAN. Kalau materi gender bisa diperjuangkan sebagai mata kuliah wajib ada pada semua lini pendidikan formal, MENGAPA PROMOSI KESEHATAN - LUNTAS tidak pertimbangkan sebagai materi yang wajib pula di semua lini pendidikan formal anak2 bangsa? 

Bidan banyak,infrastruktur puskesmasnya tambah maju, anggaran pendidikan meningkat, ulama baru bermunculan, yang jadi pertanyaan : nurani siapa yang patut di kedepankan dan diajak mengesampingkan uang- (untung rugi pribadi) untuk memulai membantu mencegah / mengantisipasi anak-anak kita berbuat yang memalukan agama, orangtua, masyarakat dan bangsa?.

RESUSITASI BAYI

 RESUSITASI ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
RESUSITASI adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000)
Kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir, dan sekitar 1 % saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian obat-obatan darurat.
Untuk amannya, setiap akan menolong bayi baru lahir ada 5 pertanyaan yang harus mampu dijawab oleh petugas kesehatan untuk menentukan apakah tindakan pemberian resusitasi untuk bayi baru lahir diperlukan .
PERHATIKAN KONDISI BAYI BARU LAHIR TERSEBUT DAN PASTIKAN JAWABAN DARI SALAH SATU DARI 5 PERTANYAAN TERSEBUT DIBAWAH INI ADALAH “TIDAK” SEBELUM MELAKUKAN RESUSITASI BAYI, ARTINYA RESUSITASI DIPERLUKAN ;
1) Apakah bersih dari mekonium ?
2) Apakah bernafas dan menangis dengan adekuat?
3) Apakah tonus otot baik?
4) Apakah warna kulit kemerahan ?
5) Apakah lahir dengan cukup bulan?
Apa tanda yang penting untuk melakukan Resusitasi :
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat.
 Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Denyut jantung - frekuensi
  Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi  
tidak teratur. 
 Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama 1 menit)

Hasil penilaian ;
• Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
• Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)

3. Warna Kulit
  Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat  
atau bisa sampai sianosis. 
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.

Resusitasi dilakukan dengan tujuan : 
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

Siapa yang memerlukan resusitasi :
Resusitasi dapat diberikan pada bayi, anak maupun dewasa yang memerlukan pernafasan buatan. Henti jantung dan henti nafas bukanlah kejadian yang sering terjadi walupun di Rumah Sakit. Kematian mendadak ini biasanya sebagai akibat stroke, infark miokardial, kelebihan dosis obat dan trauma hebat dapa dicegah bila tindakan resusitasi dilakukan secara tepat.

Resusitasi pada bayi diperlukan bila bayi dalam kondisi sebagai berikut :
1. Okulasi jalan nafas, misal tersedak, masalah pemberian makanan atau karena ada lendir.
2. Abnormalitas konginital yang tidak terdeteksi.
3. Sisa pengaruh depresi pernafasan setelah berkurangnya efek naloxone
4. Infeksi  


Resusitasi bayi dilakukan pada bagian tubuh yang disesuaikan dengan masalah / kondisi bayi , antara lain :
1. Untuk persalinan dimana ketuban mengandung mekoneum
Bila terdapat mekoneum dalam ketuban, petugas yang menolong persalinan harus menghisap cairan dari mulut, pharing, dan hidung bayi sebelum bahu dilahirkan, agar bayi tidak mengalami aspirasi mekoneum.
2. Untuk persalinan dimana ketuban tidak mengandung mekoneum
Bila tidak ada mekoneum, lahirkan bayi kemudian hisap lender dari mulut bayi terlebih dahulu, selanjutnya penghisapan dilakukan melalui hidung kanan – kiri.

LANGKAH AWAL RESUSITASI BAYI

Perkiraan waktu LAHIR



• BERSIH DARI MEKONEUM ?
• BERNAFAS&MENANGISDG ADEKUAT ?  
• TONUS OTOT BAIK ?
• WARNA KULIT KEMERAHAN ?
• BAYI LAHIR CUKUP BULAN ?

T I D A K
30 detik  
• Berikan kehangatan
• Posisikan, bersihkan jalan nafas (bila perlu)
• Keringkan, rangsang, posisikan lagi
• Beri oksigen (bila perlu)


• Evaluasi pernafasan,
 frekuensi jantung, Bernafas 
• warna kulit FJ > 100 & Kemerahan



Lakukan VTP Perawatan Lanjut

Langkah awal meliputi :
1. Penentuan apakah neonatus memerlukan resusitasi
2. Membuka jalan nafas dan mencegah hipotermi
3. Bagaimana jika ketuban mengandunga mekoneum
4. Memberikan oksigen aliran bebas

Langkah awal resusitasi :
1. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari alat pemancar dapat mencapai bayi dan untuk mendapat pandangan penuh pada bayi
2. Meletakkan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya.
Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan kepala sedikit tengadah. Dengan demikian posisi faring, laring, trakea dalam satu garis lurus. Pada posisi ini jalan nafas terbuka dan mudah dilakukan ventilasi dengan balon sungkup.
3. Bersihkan jalan nafas
Untuk persalinan dimana ketuban mengandung mekoneum. : yaitu sebelum bahu dilahirkan, petugas yang menolong persalinan harus menghisap cairan dari mulut, pharing dan hidung agar bayi tidak mengalami aspirasi mekoneum.
Untuk persalinan dimana ketuban tidak mengandung mekoneum : Lahirkan bayi kemudian hisap lender dari mulut bayi terlebih dahulu, selanjutnya penghisapan dilakukan melalui hidung kiri kanan. Jangan menghisap terlalu dalam ( gunakan kekuatan penghisapan 100 mmHg) penghisapan terlalu dalam mengakibatkan bradichardi. Mulut dihisap terlebih dahulu sebelum hidung karena penghisapan hidung merangsang bayi bernafas dan akan terjadi aspirasi jika faring belum bersih.


4. Mengeringkan tubuh 
Pengeringan membantu mengurangi hipotermi dan juga merupakan rangsangan agar bayi bernafas / menangis. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan harus diganti dengan yang baru / masih kering dan hangat sebagai selimut.
5. Rangsang Taktil
 Setelah bayi dibebaskan / dibersihkan jalan nafasnya dan dikeringkan tetap aneu / tidak menangis, berikan rangsang taktil agar bernafas / menangis.
Cara rangsang yang aman :
• Menepuk atau menyentil telapak kaki
• Menggosok punggung, perut atau ekstremitas bayi
6. Pemberian Oksigen Aliran Bebas
  Jika bayi bernafas tapi penilaian warna kulit menunjukkan adanya sianosis sentral tetap berikanlah oksigen aliran bebas 100 % (minimal 5L / menit) sampai sianosis sentral hilang.
7. Berikan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
• VTP dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan sungkup dan tabung 
• Kecepatan ventilasi 40 – 60 x / menit 
• Tekanan ventilasi untuk nafas pertama 30 – 40 cm H2O, setelah nafas pertama membutuhkan tekanan 15-20 cm H2O 
• Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop.
• Apabila dengan tahapan dia tas dada bayi masih tetap kurang berkembang, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal (ET).
Persiapan Resusitasi Bayi dilakukan bila diketahui faktor pada ibu atau bayi , antara lain :
o Prematuritas
o Malpresentasi yang telah diketahui, missal presentasi sungsang
o Penyakit maternal, missal hipertensi, diabetes militus
o Riwayat kelainan obstetric atau neonatus sebelumnya
o Denyut jantung janin abnormal yang menandakan adanya distress janin
o Persalinan dengan alat atau dengan operasi, terutama yang menggunakan anestesi umum
o Kegawatan obstetric, missal prolaps tali pusat, perdarahan antepartum, distosia, eklampsi
o Persalinan cepat
o Pedasi berat pada ibu, missal karena over dosis obat
o Adanya mekonium segar dalam cairan amnion 

Resusitasi Bayi diberikan segera setelah bayi baru lahir dengan keadaan bayi yang ciri utamanya :
1. Bayi menderita apneu saat dilahirkan
2. Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif 

Resusitasi dapat dilakukan dengan baik sekalipun dengan jumlah alat yang minimal, disegala tempat, seperti rumah sakit atau dirumah.
 Di lingkungan rumah sakit tersedia peralatan standar dengan beberapa alat tambahan.
 Di rumah, papan atau meja setrika dapat digunakan sebagai alas resusitasi dan hati-hati agar tidak terjadi aspirasi. Penyesuaian alat untuk di rumah meliputi; kotak peralatan dasar portable yang dapat difungsikan secara efektif.

 Apa persiapan alat untuk melakukan resusiatsi?
o Alat pernafasan siap pakai 
o Oksigen 
Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa okigen dan alat pengukurannya
o Alat penghisap
 Penghisap lendir kaca
 Penghisap mekanis 
 Kateter penghisap no. 5F atau 6F, 8F, 10F
 Sonde lambung no. 8Fdan semprit 20ml
 Penghisap mikonium 

o Alat sungkup dan balon resusitasi 
o Digunakan untuk meniupkan udara ke paru-paru bayi baru lahir dengan tidak merubah langkah-langkah resusitasi bayi yang benar dan tepat sesuai dengan prosedur. Keuntungannya menggunakan sungkup dan tabung resuscitator ini yaitu penolong dapat melihat pergerakan dada bayi dengan lebih jelas, dan kemungkinan penularan penyakit dari bayi kepada penolong dapat dicegah dan sebaliknya.
 Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/premature (sungkup mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
 Balon resusitasi neonatus dengan katub penurunan tekanan. Balon harus mampu memberikan oksigen 90 – 100 %. Pipa saluran pernafasan berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan. Oksigen dilengkapi alat pengukur aliran oksigen dan pipa-pipanya.

o Alat intubasi 
 Laringoskop dengan lidah lurus no. 0 (untuk bayi kurang bulan) dan no. 1 (untuk bayi cukup bulan)
 Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal ukuran 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mm 
 Stilet 
 Gunting
 Obat-obatan
 Sarung tangan 


o Obat-obat
 Epinefrin 1:10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
 Nalokson hidroklorit 0,4 mg/ml dalam ampul 1 ml atau 1 mg/ml dalam ampul 2 ml 
 Volume exspander, salah satu yang berikut ini:
• 5% larutan albuin saline 
• Larutan NaCL 0,9% 
• Larutan ringer laktat 
 Bikarbonat natrikus 4,2 % (5 mEq/10 ml) dalam ampul 10 ml 
 Aquades steril 25 ml 
 Larutan Nacl 0,9 %, 25 ml

o Lain-lain 
 Stethoscope bayi 
 Plester ½ atau ¾ inci 
 Semprit untuk 1,3,5,10,20,50 ml 
 Jarum berukuran 18,21,25
 Kapas alcohol 
 Baki untuk keteterisasi arteri umbilikalis 
 Kateter umbilkus berukuran 3,5f; 5f 
 Three way stopcocks 
 Sonde lambung berukuran 5f 

Paling sedikit 1 orang siap dikamar bersalin yang terampil dalam melakukan resusitasi bayi baru lahir da 2 orang lainnya untuk membantu dalam keadaan resusitasi darurat.

Bagaimana prosedur atau pelaksanaan resusitasi bayi?
1. Pindahkan bayi ke area resusitasi. Pada saat yang bersamaan: 
- Kirimkan panggilan gawat darurat ke personil yang cepat
- Hidupkan jam dan catat waktu 
- Nyalakan pemanas dan lampu
- Keringkan badan bayi secara menyeluruh, dang anti handuk yang basah, bungkus bayi dengan handuk bersih dan hangat dengan dada terbuka.
2. Atur posisi kepala bayi dengan posisi “mengendus”, tidak terlalu menengadah dan terlalu menunduk karena dapat menutupi jalan nafas. Dengan menggunakan kateter ukuran 8FG, lakukan pengisapan pada rongga mulut dengan hati-hati, jangan samapai menyentuh bagian belakang tenggorokan 
3. Sekarang, dengan jalan nafas yang sudah paten, terbuka dan bersih, kaji frekuensi jantung, pernafasan dan warna kulit bayi: 
 Bila bayi tampak merah mudah, dengan denyut jantung lebih dari 100/menit (dpm) dan bayi bernafas secara spontan: hangatkan bayi dan kembalikan pada orang tuanya 
 Bila bayi bernafas tidak teratur (dangkal atau lambat) dengan sedikit sianosis, tetapi denyut jantung lebih dari 100x/menit:
- Berikan oksigen 5 liter/mnit dengan selang atau corong (tangan dapat di tangkupkan untuk membentuk corong)
Respons terhadap cara sederhana ini harus sudah terluhat dalam 30 detik. Bila sianosis hilang serta pernafasan dalam jumlah dan pola yang normal, bayi dikembalikan ke orang tuanya 
 Bila tidak ada respon terhadap tindakan yang dijelaskan dalam pada no. 3.2 diatas, missal nafas terengah-engah, apnea, frekuensi jantung < 100 dpm, atau bayi tampak pucat: 
a. Pastikan kepatenan jalan nafas 
b. Lakukan inflasi paru dengan BVM. Ukuran masker yaqng benar harus digunakan agar benar-benar menutup mulut dan hidung bayi, tidak melampaui dagu atau lekukan mata. Ujung jari digunakan untuk menopang rahang dan menutup masker (memegang bagian bawah dagu juga akan menutup jalan nafas). 
kantong (dengan katup pengaman yang pada awalnya di set pada 30 H2O) ditekan, 1 fentilasi berlangsung sekitar 1 – 2 detik dada harus naik dan turun secara perlahan setiap terjadi fentilasi,; keepatannya harus 30 – 40x nafas/menit (RCPCH,RCOG,1997). Bila dada tidak terlihat naik, bidan harus melakukan pengkajian terhadap kepatenan jalan nafas bebas dan penggunaan masker.
c. Setalah fentilasi selama 15 – 30 detik, kaji frekuensi jantung dengan merabanya dibagia apeks jantung atau di bagian bawah tali pusat. Hitung selama 6 deti kemudian kalikan 10 untuk mengitung banyaknya denyut dalam 1 menit.
d. Teruskan BVM sampai terjadi pernafasan spontan dan bila frekuensi jantung lebih dari 100 dpm. Bila frekuensi jantung antara 100 dan 60 dpm, lanjutkan fentilasi efektif dan kaji ulan setelah 30 detik.

2. Bila frekuensi jantung kurang dari 60 dpm, lakukan kompresi jantung: garis imajinasi di buat diantara putting susu; jari telunjuk dan jari tengah diletakkkan di tengah-tengah sternum tepat dinawah garis, kemudian dada ditekan sampai kedalaman sepertriga dada (1 – 2 cm). melanjutkan fentilasi yang efektif pada paru dan bahwa kompresi jantung dapat disinkronkan dengan fentilasi merupakan hal yang sangat penting. Kecepatan sinkronisasi adalah satu femntilasi diikuti dengan 3 kompresif (1:3). Selama 6 detik harus dilakukan sebanyak 3 siklus fentilasi kompres. Secara ideal diperlukan 2 orang untuk melakukan resusitasi ini, 1 orang menghitung dengan keras, sehingga konsentrasi dapat dipertahankan. (terdapat standar resusitasi 1:5 untuk semua kelompok umur, dengan demikian hal ini boleh dilakukan pada bayi.
3. Dengan kompresi jantung, frekuen jantung sering meningkat dengan cepat sampai lebih dari 80 dpm. Bila dalam waktu 30 detik tidak berhasil, dokter anak akan mempertimbangkan pemberian obat dan memindahkan bayi ke unit perawatan yang lebih kompleks. Meskipun demikian, penyebab paling banyak terjadinya penurunan frekuensi jantung adalah fentilasi paru yang tidak efektif.

DAFTAR PUSTAKA

 Johnson, Ruth dan Wendy Taylor. 2004. Praktek Kebidanan . Jakarta : EGC.
 Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiohardjo.
 Prawirohardjo, Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
 Ramali, Ahmad, 2000, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Cet.24, Jakarta; Djambatan

FORMAT DATA KEBIDANAN KOMUNITAS

FORMAT MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KELUARGA 

I. PENGKAJIAN 
I. 1 Pengkajian Umum
A. Data Subyektif.
Kecamatan : Kepala Keluarga :
Kelurahan : Nama :
RT/RW : Agama :
No. Induk : Pekerjaan :
Umur : Penghasilan :
Pendidikan : Keadaan Kesehatan :
Alamat :  

Jumlah Anggota Keluarga
No Nama Jenis Umum Hubungan dengan KK Pekerjaan/
Serkolah Keadaan Kesehatan Waktu Kunjungan pertama/imunisasi yang didapat No. KIA/KB
1.  
2.  
3.  
4.  

1. Rumah.
  Luas :
 Jenis Rumah :
 Letak :
 Dinding :
 Atap :
Lantai :
 Cahaya :
 Jalan Angin :
 Jendela :
 Kebersihan :
 Jumlah Ruangan :

2. Air Minum
 Asal :
Nilai Air :
Konsumsi Air :

3. Pembuangan sampah
 Sampah :

4. Jamban dan Kamar Mandi
 Jenis Jamban :
 Jarak dengan sumber air :
 Kebersihan :
 Kamar mandi :

5. Pekarangan dan selokan 
 Pengaturan :
 Kebersihan :
 Air limbah :
Tanaman Peneduh :
Peralatan pekarangan :

6. Kandang Ternak



B. Data Kasus
1. Bila ada keluarga yang sakit biasanya berobat di pelayanan kesehatan mana?
2. Jenis penyakit yang sering diderita anggota keluarga?
3. Biasanya melakukan pemeriksaan kehamilan dimana?
4. Bila melahirkan biasanya dimana?
5. Kebiasaan menyapih ASI pada anak umur?
6. Pemberian makanan tambahan pada anak usia berapa?
7. Bagaimana tanggapan anggota keluarga tentang KB?
8. Bagaimana pola makan keluarga?
9. Adat kebiasaan?

II. Pengkajian Khusus (kasus)
 A. Data Subyektif
  1. Biodata
  Nama Anak : Nama Ayah :
  Umur : Umur :
  Status : Pekerjaan :
  Agama : Agama :
  Alamat :

  2. Anamnesis/Pengkajian
  a. Keluhan Utama:

  b. Riwayat Kesehatan/keadaan yang lalu:

  c. Riwayat Penyakit Keluarga:

  d. Riwayat Kehamilan:

  e. Keadaan Psikososial:

  f. Latar Belakang Sosial Budaya:
  g. Dukungan dari keluarga:

  h. Keadaan umum sekarang menurut sistem tubuh:

  i. Keadaan gizi:

  
 3. Data Obyektif
  1. Tanda-tanda vital dan keadaan fisik:
 Tensi: Suhu:
 Nadi: RR:
 2. Pemeriksaan Fisik
 a. Umum
 KU :
 Kesadaran :
 Kepala :
 Muka :
 Mata :
 Hidung :
 Telinga :
 Mulut :
 Leher :
 Mammae :
 Perut :
 Anogenetal :
 Extrimitas :

 b. Pemeriksaan Panggul/antopometri:
 TB :
 BB : 
 LILA :
 Lingkar panggul luar :
 3. Pemeriksaan Laboratorium:


Data Subyektif:
Hasil kunjungan/pemeriksaan
1. Ibu
2. Anak

II. DIAGNOSA MASALAH
No. DIAGNOSA DASAR
1.  

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA UNTUK KONSULTASI KOLABORASI DAN RUJUKAN.

V. RENCANA ASUHAN MENYELURUH.
Dx :
Tujuan :
Intervensi :

VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
Dx :
IMPLEMENTASI :

VII. EVALUASI
Dx :
S
O
A
P
Kesimpulan Kasus Keluarga:
1. Berdasarkan pengkajian/pendekatan yang dilakukan ditemukan . . .
2. Dari pengkajian tersebut ditemukan masalah kesehatan pada keluarga tersebiut adalah  
  . . .
3. Dari diagnosa yang telah ditetapkan kita melakukan perencanaan: . . .
4. Setelah dilakukan penyuluhan didapatkan hasil evaluasi:
  S
  O
  A
  P

Thursday, March 5, 2009

FIGUR PEMIMIPIN


The New leadership will not be provided by a ‘take charge’ elite but will emerge from the capacity that lies within each and every person. It will be a leadershbip that does not presujme to have all the answers, but one that seeks to empower others. Annabel Beerel

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki komitmen untuk merealisasikan visi organisasi. Karena itu jika anda ingin jadi pemimpin, anda harus investasi 40% dari waktu anda untuk mengelola etika, karakter, prinsip, tujuan, motivasi dan perilaku anda. Mempimpin artinya menggerakan sumberdaya untuk masa depan yang lebih baik. Karena itu diperlukan beberapa persyaratan yaitu beberapa karateristik dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada empat kemampuan dan empat karakteristik seorangb pemimpin yang sukses.


Empat Kemampuan Wajib bagi Pemimpin


Seorang pemimpin harus memiliki empat kemampuan. Tanpa keempat kemampuan itu, seseorang belum bisa dikatakan sebagai pemimpin. Apa saja empat kemampuan itu? Ada empat hal yang perlu diperhatikan kalau ingin menjadi seorang pemimpin yang sukses. Keempat ke-mampuan itu diringkas dalam satu kata, yakni “C A R E” atau perhatian terhadap orang lain.

Cognitive skill (C), yaitu kemampuan seseorang untuk berfikir atau menganalisa setiap masalah yang ada. Setiap leader harus punya cognitive skill. Hal ini berkaitan erat dengan Intelligence Quotient (IQ), yakni kemampuan memikirkan apa yang saat ini harus dilakukan. Jadi semua leader harus memiliki cognitive skill.

Action skill (A), yakni kemampuan untuk melakukan tindakan. Seorang pemimpin tidak boleh hanya mampu berbicara, tanpa bisa melakukan action. Kalau Anda hanya bisa bicara, tetapi Anda tidak pernah merealisasikan apa yang Anda bicarakan, maka hasilnya akan sia-sia saja. Seorang pemimpin yang baik harus punya kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan atau getting things done.

Relationship skill (R), yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Seorang pemimpin harus mampu building trust and building relationship, yang terwujud dengan cara menjalin lingkaran kepercayaan dan hubungan yang baik antara dirinya sendiri dengan bawahan, dengan anak buah, dengan supplier atau dengan customer.

Expert skill (E), yakni kemampuan teknikal atau know how tentang bisnis itu sendiri. Kalau Anda seorang pialang di bursa saham, berarti Anda harus menguasai seluk beluk kegiatan di bursa saham dan memahami karakteristik dan hal-hal lain di seputar bisnis pialang saham.


Keempat elemen tersebut, cognitive skill, action skill, relationship skill and expert skill mutlak harus ada pada diri seorang pemimpin, karena keempatnya saling melengkapi. Kalau dari cognitive skill dibutuhkan IQ tinggi, di relationship skill dibutuhkan Emotional Quotient (EQ) yang tinggi juga. Action skill membutuhkan EQ, sedangkan expert skill membutuhkan IQ.

Karakteristik seorang pemimpin yang baik

Untuk memimpin dan menjaga kelangsungan sebuah perusahaan atau tim, dibutuhkan sebuah figur pemimpin yang tepat. Berdasarkan sebuah hasil jajak pendapat di tahun 2000, yang ditujukan kepada 25.000 pekerja, ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya ada 4 macam karakter paling penting yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin.

Pertama adalah integritas (honest atau jujur) dan komitmen. Ini merupakan karakteristik yang dianggap paling penting bagi para responden jajak pendapat. Seorang pemimpin yang baik harus jujur dalam semua tindakan yang dia lakukan. Pemimpin yang “patgulipat” dan sering “bermain belakang” tidak akan dihargai oleh anak buahnya dan orang lain.

Kedua yang harus dimiliki seorang pemimpin yang baik adalah “forward-looking atau selalu memandang ke depan. Seorang pemimpin harus selalu mempunyai kemauan dan insting untuk mau maju ke depan dan mau melihat kepada masa yang akan datang. Pemimpin yang baik akan terus maju tanpa hanya sekedar melihat masa yang sudah lalu dan hanya sekedar menghasut pihak lain untuk membenci orang yang melakukan kesalahan yang telah terjadi di masa lalu.

Ke tiga yaitu “inspiring”. Pemimpin yang baik harus sanggup memberikan inspirasi kepada bawahannya. Sering terjadi di mana suatu saat manusia akan mengalami kesusahan dan kesulitan dalam dunia bisnis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Di situasi seperti inilah seorang pemimpin yang baik dituntut untuk mampu memberikan inspirasi kepada semua anak buah dan karyawannya. Dia harus mampu membangkitkan semangat dan keyakinan anak buahnya bahwa suatu saat mereka akan mendulang keberhasilan dan kesuksesan. Ini adalah karakterisitik yang juga dianggap kunci dalam kesuksesan seorang pemimpin yang baik.

Ke empat : Continuous learning. Pemimpin yang baik adalah memiliki “competent” atau kemampuan dalam menjalankan semua tugas sebagai seorang pemimpin dengan baik, dilihat dari sudut pandang spiritual maupun fisik. Seorang pemimpin harus mampu mengerjakan semua yang dibebankan kepadanya agar bisa memberikan contoh teladan bagi anak buah dan semua orang yang berada di sekitarnya.

Ke lima : Courage the risk. Pemimpin harus berani mengambil risiko. Risiko yang sedang yang didasrakan pengatahuan, pengalaman dan informasi yang ada.

Ke enam : Respect and trust. Seorang pemipin harus menjadi panutan, teladan dan karisma di mata anak buah. Konsisten dengan apa yang dijanjikan dengan tindakan sehari hari yang diambil.

Di atas adalah semua faktor penting yang diharapkan oleh anak buah terhadap seorang pemimpin sebagai seorang teladan yang sukses. Seorang pemimpin yang baik harus jujur, memandang jauh ke depan, sanggup memberi inspirasi dan benar-benar mempunyai kemampuan dalam menanggung semua beban baik secara fisik dan emosional.


Power

Esensi kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, yaitu bawahan agar melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pimpinan. Untuk itu perlu dipahami istilah /pengertian power dan authority lebui dahulu

Power adalah kemampuan (ability) untuk menjadikan orang lain mau melaksanakan sesuatu; sedangkan authority adalah hak (right) untuk meminta orang lain melakukan sesuatu.

MANUSIA ...MANUSIA...


Hubungan Manusia dan Lingkungan

§ Manusia – Tuhan, menimbulkan agama / kepercayaan

§ Manusia – Kekuasaan, menimbulkan kehidupan politik

§ Manusia – Pemenuhan Kebutuhan, menimbulkan kehidupan ekonomi

§ Manusia – Penguasaan/Pemanfaatan Alam, menimbulkan IPTEK

§ Manusia – Rasa Keindahan, menimbulkan kehidupan kesenian

§ Manusia – Rasa Aman, menimbulkan kehidupan aman

§ Manusia – Manusia, menimbulkan kehidupan sosial

PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan jasa memiliki pelayanan yang berbeda dengan pelayanan yang berupa barang. Demikian pula pelayanan jasa untuk pelayanan kesehatan. Jasa kesehatan memiliki sifat yang juga relative berbeda dengan jasa yang lain.

Adapun beberapa cirri jasa kesehatan yang membedakannya dengan pelayanan lain, yaitu :

1. Jasa pelayanan kesehatan sangat individual, berbeda dari satu orang dengan lainnya (tergantung jenis penyakitnya) (variabelnya)

2. Pelayanan merupakan output takberbentuk(intangible output)

3. output tidak terpisah dengan proses dan berhubungan dengan pelanggan saat proses pelayanan berlangsung (insepartibility)

4. Kedudukan provider dengan pasien (hubungan pemasok – pelanggan) tidak seimbang.

5. Prasien tidak bias memilih produk (pelayanan) sesuai dengan kesenangannya dan ketika menggunakan pelayanan pada umumnya dalam keadaan terpaksa (pasien tidak ingin sakit atau mengunakan pelayanan kesehatan)

6. Adanya otonomi tenaga medis yang sangat luas meskipun demikian terdapat hubungan yang erat antara provider dengan pelanggan melalui proses pelayanan.

7. Pelayanan merupakan output variasi, tioak standar

Klasifikasi Pelayanan

Pelayanan kesehatan dapat diklasifikasikan atas dasar orangnya (people based) tau berdasarkan peralatannya (equipment based) dan upaya yang harus dijalankan Programe based)atau kombinasi.

People Based Services :

1. Tenaga provisional (medis, paramedic perawat)

2. Tenaga terampil (piñata rongen, laboratories)

3. Lain – lain (penjaga, kleaning cervis)

Equipment Based Services

1. Upaya promotif (PKMRS)

2. Preventif (program imunisasi, pengendalianinfeksi nosokomial)

3. Kuratif (bedah, non bedah)

4. Rehabiltasi

Semua harus bias memberikan nilai pasa pasien (customer delivered value) value adalah selisih antara benefit yang diperoleh dan pengorbananyang dikeluarkan oleh pasien atau benefit dibagi dengan pengorbanan.

Benefit dibedakan atas functional benefit (kesembuhan ) dan emotional benefit (kepuasan)

Benefit – pengorbanan = Nol atau positif adalah puas

Benefit – pengorbanan = negative adalah tidak puas

Benefit = Kesembuhan + Kepuasan

Value = Biaya Biaya layanan + Biaya - menunggu + Transport + dll

= Total – gam

Total - give

Apa yang dinilai pelanggan

Penilaian konsumen terhadap produk apapun dapat dibedakan menjadi penilaiankwalitas teknis dan kwalitas fungsional

Kualitas Teknis

a. Search Quality : Konsumen dapat menilai kealitas sebelum membeli (cocok untuk produk fisik

b. Experience Quality : Konsumen dapat menilai setelah mengunakan produk (kepuasan pelayanan jasa)

c. Credence Quality : Konsumen tetap sukar menilai kwalitas produk atau jasa meskipun telah mengunakan produk tersebut.

Kwalitas Fungsional (aspek teknis medis / keperawatan komunikasi

a. Competency (Rehability) yang terdiri dari kemampuan pemberi layanan untuk memberikan layanan yang diharapkan secata akuratsesuai dengan yang dijanjikan (di iklankan, promosi, liflet yang dipasang di rumah sakit dan PKMRS)

b. Responsiveness, yaitu keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera

c. Asurance, kemampuan memberikan jasa untuk menimbulkan rasa percaya pelanggan terhadap jasa yang ditawarkan.

d. Empathy, yang memberikan layanan secara individual dengan penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan / harapan pasien.

e. Communication, yang berarti selalu memberikan informasi dan melakukan dengan sebaik – baiknya serta mendengarkan segala apa yang disampaikan oleh klien, hal ini sangat berperan pada penderita penyakit kronis dan degeneratif.

f. Caring (pengasuhan) , yaitu mudah dihubungi dan selalu memberikan perhatian kepada klien.

Memperhatikan keluhan pasien sebagai makluk individu dan social (keluarga dan masyarakat)

g. Tangible (physical environment) penampakan fasilitas fisik, peralatan, personil dan bahan – bahan komunikasi yang menunjang jasa yang ditawarkan.

ORGANISASI BIDAN DI LUAR NEGERI


International Midwifery Organizations

Categories: For Midwives

The world is a big place, and midwifery is a part of the dominant culture in much of the world, more so than in the United States.
I would like to offer links to international midwifery organizations and practices. You can also find international opportunities to work in midwifery on the Midwifery Opportunities page, and practices outside the US in the Midwifery Directory. Please email me with links to other international midwifery organizations, practices, or individuals.

Canada

For educational programmes in Canada, see the Education Page.

The Canadian Association of Midwives is the national, professional association of both individual midwives across Canada and their professional associations. You will find information such as the history of midwifery, sumamries of the midwifery model of care, and contact information for practising midwives, provincial Colleges of Midwives, and professional midwifery associations in each province and territory. The site includes a listing of midwives and midwifery practises across Canada.

Newfoundland and Labrador Midwives' Association

Midwifery Coalition of Nova Scotia The Midwifery Coalition believes that midwifery provides the highest standard of care for mothers, babies and families. We believe it is an important part of maternity care and is a choice that should be available to families in Nova Scotia. We are working to have midwifery accepted as part of Nova Scotia's health system and to have midwifery care covered by MSI.

Ministry of Health: Midwifery in Ontario

The College of Midwives of Ontario is the regulating and governing body for midwives in Ontario. Tel: (416) 327-0874, Fax: (416) 327-8219, E-mail: admin@cmo.on.ca, Website: coming soon!

The Association of Ontario Midwives is the professional body representing midwives and the practice of midwifery in the province of Ontario. It is run by a 12-member Board of Directors. The AOM advocates for the professional interests of midwives and for the Ontario Model of Midwifery Care, provides public education and promotes midwifery as an integral part of the Ontario health care system, represents midwives to the Ministry of Health to maintain appropriate funding for midwifery services, provides ongoing peer support to all members, including educational and professional development, develops clinical and other practice guidelines and promotes midwifery research, administers a benefits package, negotiates and provides access to professional liability insurance for midwife members, publishes the Association of Ontario Midwives Journal/Journal de l'Association des sages-femmes de l'Ontario, and is an active member in the Canadian Confederation of Midwives and the International Confederation of Midwives.

Government of Manitoba -- Information on Manitoba Midwifery

Saskatchewan Midwifery

Alberta Association of Midwives

College of Midwives of British Columbia

Midwifery Task Force of British Columbia

United Kingdom

The Royal College of Midwives is the professional midwifery organization in the United Kingdom.

The Association of Radical Midwives is an organization of midwives, student midwives and others in the UK committed to improving the maternity care provided by the NHS. They strongly believe that all women have the right to a service tailored more closely to their needs, and a sympathetic attitude on the part of their professional attendants. They are primarily a support group for people having difficulty in getting or giving good, sympathetic, personalised midwifery care. A few are working independently outside the NHS, in order to offer a more woman-centred, one-to-one, style of practice, which at present is not widely available within NHS maternity services. There are contacts and/or local groups all around UK, as well as several overseas members. We are a UK Registered Charity, No.1060525

MIDIRS (Midwives Information and Resource Service). Their mission is "to be the central source of information relating to childbirth and to disseminate this information to midwives and others both nationally and internationally thereby contributing to the improvement of maternity care." This is a great site, updated constantly with research, news, and information about midwifery and childbirth.

Switzerland

Federation Suisse des Sages-Femmes is the website for the Swiss federation of midwives. It is offered in three languages, German, French, and Italian.

Austria

Osterreichisches HebammenGremium is the website for the Austrian midwifery association. It is in German.

France

Conseil National de l'Ordre des Sages-femmes is the French midwifery organization. The website is in French.

Le Portail "Naissance": Ce portail a vu le jour fin mars 2000 ࠬa suite de discussions sur la liste francophone "Naissance." L'id饠principale est de dynamiser le mouvement associatif de parents et accompagnateurs de la naissance, dans les pays francophones, en mettant gratuitement ࠳a disposition de nouveaux outils d'information, de communication et de promotion disponibles sur Internet. (The "Birth" Gateway: This gateway opened at the end of March, 2000 following discussions on the francophone email list "Birth." The main idea is to strengthen the movement of parents and childbirth supporters in French-speaking countries by putting freely at their disposition new tools of communication and promotion available on the Internet.)

Lettre Ouverte aux Sages Femmes (An Open Letter to Midwives) par (written by) Andreine Bel: L'auteur s'int鲥sse ࠵ne question souvent 鬵d饠par les parents et sages-femmes sensibilis鳠au probl譥 de la surm餩calisation de la naissance: comment pourrait-on red馩nir, en dehors du syst譥 actuel de prise en charge m餩cale, le r?et les comp鴥nces des accompagnateurs de la naissance? (The author addresses a question often overlooked by parents and midwives sensitised to the problem of routine medical procedures in childbirth: outside the current system of medical assistance, how could one redefine the role and competence of birth attendants?) Very thought-provoking...

Italy

NASCITA DOLCE is the first "BIRTH CENTRE" in Italy: only midwives management! Reception (for delivery) of the woman in Agriturismo in the Chianti Area. The charm of a typical Tuscan farm in the heart of the Chianti region, among the trees of its green garden and cypress hills, vineyards and olive-trees, one hour by car from the most beautiful towns of art, history and culture in Tuscany.
Continuity Of Care Midwifery Services: In June 2000 we open a natural nursery-school for babies 0 - 6 years (BIOLOGICAL FOOD). We offer safe, affordable, quality care throughout your pregnancy, including lab work, routine prenatal visits, and caring communication. Labour and delivery takes place in a beautiful birthing rooms, in hospital or private clinic. Sweet Birth also provides annual Well-Woman exams, Pap smears, birth control and pre-pregnancy counselling all at reasonable rates. Contact: Antonella Marchi ? Via E. De Nicola, 1 ? 53100 Siena ? Italia, Tel. e fax. (+39) 0577.333152 cell. 0368-293669
See website at www.nascitadolce.it; in February 2001 in English: http://www.nascitadolce.com/; email: mailto:antonellamarchi@nascitadolce.it

Mexico

San Miguel-CASA, Inc. is an organization in San Miguel, Mexico, with the goals of (1) empowering young women, helping them increase their self-confidence and responsibility toward themselves, their families, and their communities; (2) decreasing the number of unplanned pregnancies, especially among teenagers; (3) providing equal access to health care, particularly reproductive health. CASA accomplishes this through a full range of programs including a Peer Counselor Program, a Youth Ecological Awareness Team, a Theater Troupe, a Child Development Center, and the CASA Hospital where 50,000 patients were served in 1999, and about 60 women a month have their babies. Births take place both in women's homes and in the cllinic. CASA has a maternity hospital in San Miguel and Mexico's first government-recognized midwifery school (the first class graduated in 2000). For more information, go to http://www.sanmiguelcasa.org/ or email Nadine Goodman at casa@unisono.net.mx.

Guatemala

MIDWIVES FOR MIDWIVES & Women's Health International

"Midwives For Midwives and Women's Health International" (MFM), is a Guatemala-based, U.S. tax-exempt organization that brings together professionals from the midwifery, anthropology and public health fields in order to improve women's reproductive health in Guatemala and create alliances between midwifery systems to strengthen midwifery worldwide. Its activities include:

1) Researching traditional midwifery and healing systems. MFM works to identify and preserve safe and effective traditional methods of birthing and health care, and to enhance those systems with proven aspects of bio-medicine.

2) Providing training to traditional midwives to better serve the women's health needs in their communities.

3) Providing a mechanism to train more North American midwives in providing women's health care in underdeveloped countries.

4) Providing integrated women's health care that is a model of quality, accessible, comprehensive care through our clinic IXMUCANE in Antigua, Guatemala.

5) Providing a forum for intercultural exchange and serves as a channel for the exchange of knowledge and skills between "modern midwifery" and traditional midwifery systems, identifying and enhancing universal midwifery tenets.

We have an active, working, enthusiastic board from the fields of midwifery, development, anthropology, ethno-botany, gender and education. We're a well-rounded and complementary group. We do have several (2) positions open on the board for people with writing/PR skills and fundraising expertise.

We have accomplished so much in the past 3 years with income generated by the clinic, supplemented by private funders and several grants. We continue to seek funding from foundations and funders that share our interest in improving women's health. Money for salaries is guaranteed and we're actively developing our staff.

The work with the traditional midwives is very powerful and after 3 years we have established a close, working relationship with them, helping them organize to have a voice in effecting national policy. We are beginning to coordinate our efforts to improve maternity care in rural communities and demonstrate that the midwifery model is affordable, effective, and essential. This is a great time for change. Guatemala is in a process of healing and growth with international interest and assistance to improve the condition of mothers and children. Midwifery can be improved and strengthened and community midwifery preserved.

This project is at a turning point. We're actively developing our staff and are creating a membership organization which is called : "Midwives for Midwives and Women's Health International " (MFM for short) dedicated to creating partnerships to strengthen midwifery and improve women's health care.

HERE'S HOW YOU CAN HELP:

1. We're inviting founding members to join. If you're interested in this project, write us with your snail mail address so we can include you on our mailing list.

2. This project needs more staff to provide clinical care. There are 2 positions open and funding for salaries. Please help us recruit more midwives and move this project into the next level. We'll be a source for more training nationally and will be looking for midwives who want to be directly involved in working with the traditional midwives.

3. Send this notice onto other midwives. See our employment announcement on the Midwifery Opportunities page. Print it out and pass it on in all efficient and appropriate ways.

4. Think about ways in which this project can be fortified and write to us with ideas. We appreciate and need your input.

Thanks for your support and all that you do for women's health and midwifery. Jenna Houston, CNM, Clinical Director, IXMUCANE

Standart Praktek Bidan -ACNM

Standards for the Practice of Midwifery

Midwifery practice as conducted by certified nurse-midwives (CNMs) and certified midwives (CMs) is the independent management of women's health care, focusing particularly on pregnancy, childbirth, the post partum period, care of the newborn, and the family planning and gynecologic needs of women. The CNM and CM practice within a health care system that provides for consultation, collaborative management, or referral, as indicated by the health status of the client. CNMs and CMs practice in accord with the Standards for the Practice of Midwifery, as defined by the American College of Nurse-Midwives (ACNM).

STANDARD I

MIDWIFERY CARE IS PROVIDED BY QUALIFIED PRACTITIONERS
The midwife:

  1. Is certified by the ACNM designated certifying agent.
  2. Shows evidence of continuing competency as required by the ACNM designated certifying agent.
  3. Is in compliance with the legal requirements of the jurisdiction where the midwifery practice occurs.

STANDARD II

MIDWIFERY CARE OCCURS IN A SAFE ENVIRONMENT WITHIN THE CONTEXT OF THE FAMILY, COMMUNITY, AND A SYSTEM OF HEALTH CARE.
The midwife:

  1. Demonstrates knowledge of and utilizes federal and state regulations that apply to the practice environment and infection control.
  2. Demonstrates a safe mechanism for obtaining medical consultation, collaboration, and referral.
  3. Uses community services as needed.
  4. Demonstrates knowledge of the medical, psychosocial, economic, cultural, and family factors that affect care.
  5. Demonstrates appropriate techniques for emergency management including arrangements for emergency transportation.
  6. Promotes involvement of support persons in the practice setting.

STANDARD III

MIDWIFERY CARE SUPPORTS INDIVIDUAL RIGHTS AND SELF-DETERMINATION WITHIN BOUNDARIES OF SAFETY
The midwife:

  1. Practices in accord with the Philosophy and the Code of Ethics of the American College of Nurse-Midwives.
  2. Provides clients with a description of the scope of midwifery services and information regarding the client's rights and responsibilities.
  3. Provides clients with information regarding, and/or referral to, other providers and services when requested or when care required is not within the midwife's scope of practice.
  4. Provides clients with information regarding health care decisions and the state of the science regarding these choices to allow for informed decision-making.

STANDARD IV

MIDWIFERY CARE IS COMPRISED OF KNOWLEDGE, SKILLS, AND JUDGMENTS THAT FOSTER THE DELIVERY OF SAFE, SATISFYING, AND CULTURALLY COMPETENT CARE.
The midwife:

  1. Collects and assesses client care data, develops and implements an individualized plan of management, and evaluates outcome of care.
  2. Demonstrates the clinical skills and judgments described in the ACNM Core Competencies for Basic Midwifery Practice.
  3. Practices in accord with the ACNM Standards for the Practice of Midwifery.
  4. Practices in accord with service/practice guidelines that meet the requirements of the particular institution or practice setting.

STANDARD V

MIDWIFERY CARE IS BASED UPON KNOWLEDGE, SKILLS, AND JUDGMENTS WHICH ARE REFLECTED IN WRITTEN PRACTICE GUIDELINES
The midwife:

  1. Describes the parameters of service for independent and collaborative midwifery management and transfer of care when needed.
  2. Establishes practice guidelines for each specialty area which may include, but is not limited to, primary health care of women, care of the childbearing family, and newborn care.
  3. Includes the following information in each specialty area:
    a) Client selection criteria
    b) Parameters and methods for assessing health status
    c) Parameters for risk assessment
    d) Parameters for consultation, collaboration, and referral
    e) Appropriate interventions including treatment, medication, and/or devices.

STANDARD VI

MIDWIFERY CARE IS DOCUMENTED IN A FORMAT THAT IS ACCESSIBLE AND COMPLETE.
The midwife:

  1. Uses records that facilitate communication of information to clients, consultants, and institutions.
  2. Provides prompt and complete documentation of evaluation, course of management, and outcome of care.
  3. Promotes a documentation system that provides for confidentiality and transmissibility of health records.
  4. Maintains confidentiality in verbal and written communications.

STANDARD VII

MIDWIFERY CARE IS EVALUATED ACCORDING TO AN ESTABLISHED PROGRAM FOR QUALITY MANAGEMENT THAT INCLUDES A PLAN TO IDENTIFY AND RESOLVE PROBLEMS.
The midwife:

  1. Participates in a program of quality management for the evaluation of practice within the setting in which it occurs.
  2. Provides for a systematic collection of practice data as part of a program of quality management.
  3. Seeks consultation to review problems, including peer review of care.
  4. Acts to resolve problems identified.

STANDARD VIII

MIDWIFERY PRACTICE MAY BE EXPANDED BEYOND THE ACNM CORE COMPETENCIES TO INCORPORATE NEW PROCEDURES THAT IMPROVE CARE FOR WOMEN AND THEIR FAMILIES.
The midwife:

  1. Identifies the need for a new procedure taking into consideration consumer demand, standards for safe practice, and availability of other qualified personnel.
  2. Ensures that there are no institutional, state, or federal statutes, regulations, or bylaws that would constrain the midwife from incorporation of the procedure into practice.
  3. Demonstrates knowledge and competency, including:
    a) Knowledge of risks, benefits, and client selection criteria.
    b) Process for acquisition of required skills.
    c) Identification and management of complications.
    d) Process to evaluate outcomes and maintain competency.
  4. Identifies a mechanism for obtaining medical consultation, collaboration, and referral related to this procedure.
  5. Reports the incorporation of this procedure to the ACNM.


Source: Division of Standards and Practice
Approved: ACNM Board of Directors, March 8, 2003

(Supersedes the ACNM's Functions, Standards and Qualifications, 1983 and Standards for the Practice of Nurse-Midwifery 1987, 1993. Standard VIII has been adapted from the ACNM's Guidelines for the Incorporation of New Procedures into Nurse-Midwifery Practice)

Tuesday, March 3, 2009

FUNGSI KELUARGA


Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikap sosialnya.1 Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.

Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak; dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986) bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi dengan orang lain.2 Artinya, sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat seseorang menjadi manusia (human) atau untuk menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social human being).

Pengaruh paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan proses perkembangannya. Sedang kepribadian orangtua sangat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak.3



1 Zulkifli, 1995, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosdakarya

2 Lihat Zanden, James. Sociology the Core, hal.59.

3 Hurlock, 1978. Child Development.

Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual.
Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga dan menumbuh kembangkan anggota-anggotanya. (Suprihatin, G, dkk., 1992).9 Pemenuhan kebutuhan para anggota sangat penting, agar mereka dapat mempertahankan kehidupannya, yang berupa 1) pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial, 2) kebutuhan akan pendidikan formal, informal dan nonformal dalam rangka mengembangakan intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual.


9 Suprihatin, G., dkk, 1992. Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga.

Delapan fungsi keluarga sebagai jembatan menuju terbentuknya sumberdaya pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri, yaitu:

1) Fungsi Keagamaan

Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Fungsi Sosial Budaya

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.

3) Fungsi Cinta kasih

Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.

4) Fungsi Melindungi

Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.

5) Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.

6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.

7) Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

8) Fungsi Pembinaan Lingkungan

Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.11



11 Peraturan Pemerintah RI no.21 tahun 1994 tentang Penyelengaraan Pembangunan keluarga Sejahtera.

Kutipan dari Artikel, KELUARGA SEBAGAI TEMPAT PERTAMA DAN UTAMA TERJADINYA SOSIALISASI PADA ANAK , Oleh: MEDA WAHINI.