SEMOGA MEMBAWA MANFAAT

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

 

love life dividers pink divider roses comments

 

Flames Pictures Fire Pictures Lamps clipart blogger myspace hi5 templates banners

free animated website at tripod.com



Saturday, March 14, 2009

GIIP10001 UK 24 MINGGU DENGAN MOLA HIDATIDOSA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
(Depkes RI, 1999:27)
Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak
(Manuaba, 1998:424)
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, afrika, dan amerika latin dibandingkan dengan negara-negara barat. Di Negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di negara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan Soejoenoes dkk. (1967) melaporkan 1:85 kehamilan: RSCM Jakarta 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan: Luat A Siregar (Medan) tahun 1982: 11-16 per 1000 kehamilan: Soetomo (Surabaya): 1-80 persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan akan menderita mola akan lebih besar.
(Mochtar,1998)


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah serta keluhan ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2.3 Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan rumusan masalah pada ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2.4 Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan mola hidatidosa
1.2.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilaksanakan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Mola Hidatidosa
2.1.1 Batasan
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma villus cotialis langka vaskulatisasi dan odematus, janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan odematus itu tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus anggur. Jaringan trofoblas pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras dan mengeluarkan hormon yaitu Human Choriotic Gonadotropin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa
(Hanifa, 1994: 262)
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan
(Rustam, 1998:238)
Mola hidatidosa adalah suatu neoplasma jinak dan sel trofoblas dimana terjadi kegagalan pembentukan plasenta atau fetus dengan terjadinya villi yang menggelembung sehingga menyerupai bentukan seperti buah anggur

2.1.2 Patofisiologi
Dugaan Mola Hidatidosa


Tingkat kecurigaan HCG sub unit beta
Ukuran rahim membesar USG
Tidak terdengar DJJ Tes fungsi hati, tiroid
Perdarahan vagina CT scan untuk metastase
Hiperemesis Sifat koagulasi
Hipertiroidisme
Hemoptisis, nyeri dada

Perjelas diagnosis dengan USG

Tentukan status resiko

Keadaan resiko tinggi terlihat keadaan resiko rendah
HCG sebelum evakuasi > 100.000 IU/ml sebelumnya
Rahim lebih besar daripada perkiraan
Usia kehamilan
Kista teka lutein >6 cm
Neoplasma mola atau trofoblastic
Gestasional sebelumnya
Keadaan yang memperberat (komortid)
Ditunjukkan adanya metastasis

Pertimbangkan tujuan fertilitas
Konseling tentang resiko, prognosis dan pilihan yang ada


Px menghendaki Pasien tidak menginginkan
mempertahankan kesuburan mempertahankan kesuburannya


EVAKUASI RAHIM dg KOMBINASI EVAKUASI EVAKUASI RAHIM dg
SUCTION CURRETAGE dan HISTEREKTOMI SUCTION EVAKUASI


Actinomycin D Profilaksis
Follow up ketat dan serial
Dengan penekanan HCG
Subunit Beta HCG serial tidak turun tentukan patologis contoh
lakukan penentuan
HCG subunit beta
jec serial
Ubah dan berikan
pengobatan kemoterapi
tambahan sesuai keperluan

2.1.3 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:
2.1.3.1 Faktor ovum
ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2.1.3.2 Immunoselektif dari trofoblast
yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
2.1.3.3 Keadaan sosial ekonomi yang rendah
keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa
2.1.3.4 Paritas tinggi
ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa

2.1.3.5 Kekurangan protein
sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion
2.1.3.6 Infeksi virus dan faktor kromosom
2.1.4 Diagnosis dan gejala
2.1.4.1 Anamnesa/ keluhan
a. terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
b. kadang ada tanda toksemia gravidarum
c. terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna tengguli tua atau kecoklatan
d. pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan seharusnya (lebih besar)
e. keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti
2.1.4.2 Inspeksi
a. muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face)
b. kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas
2.1.4.3 Palpasi
a. uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
b. tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin
c. adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
2.1.4.4 Auskultasi
a. tidak terdengar bunyi DJJ
b. terdengan bising dan bunyi khas
2.1.4.5 Reaksi kehamilan
karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji imunologik ( galli mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi)
a. galli mainini 1/3000 (+) maka suspect mola hidatidosa
b. galli mainini 1/2000 (+) maka kemungkinan mola atau hamil kembar
2.1.4.6 Pemeriksaan dalam
pastikan pembesaran rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan cavum vagina, serta evaluasi keadaan serviks
2.1.4.7 Uji sonde
sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
2.1.4.8 Foto rontgen abdomen
tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)

2.1.4.9 Ultrasonografi
pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin (merupakan diagnosa pasti)

tabel diagnosis mola hidatidosa
Data Klinik Pemeriksaan Diagnostik
- perdarahan dalam separo pertama kehamilan
- nyeri perut bagian bawah
- toksemia sebelum 24 minggu kehamilan
- hiperemesis gravidarum
- rahim terlalu besar untuk tanggalnya
- tanda tonus jantung janin dan bagian janin
- keluarnya vesikel - ultrasonografi
- foto rontgen
(Hacker/Moore, essensial obstetric dan ginekologi, 2001: 683)

2.1.5 Diagnosis banding
Kehamilan ganda, hidramnion, abortus
(Rustam, 1998:240)
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak dapat ditolong dapat berakibat fatal
2.1.6.2 perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
2.1.6.3 infeksi sekunder
2.1.6.4 perforasi karena keganasan dank arena tindakan menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi mola destruens atau korio karsinoma


2.1.7 Penanganan
2.1.7.1 Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah. Barulah dengan tenang evakuasi sisa-sisanya dengan kureksi
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1. pasang ganggang laminaria untuk memperbesar pembukaan selama 12 jam
2. setelah itu pasang infus D5% yang berisi 50 satuan oksitosin, cabut laminaria kemudian bisa dilakukan curet oleh dokter
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan hispatologik dalam 2 porsi
1. porsi 1: yang dikeluarkan dengan cunam ovum
2. porsi 2: yang dikeluarkan dengan kuretase
d. Berikan obat-obatan: antibiotika, uterotonika, dan perbaikan keadaan umum pasien
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan laboratorium
2.1.7.2 Periksa Ulang (follow up)
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil. Apabila terjadi kehamilan akan menyulitkan observasi.
Jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun:
Setiap 1 minggu pada triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya
Setiap 3 bulan.
Yang perlu diperhatikan setiap periksa ulang adalah:
Gejala klinis, perdarahan, keadaan umum, dll.

Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo:
Tentang keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil atau tidak.
Selain itu juga adanya H, B, E, S
H: History, penderita pernah mola
B: Bleeding, adanya perdarahan
E: Enlargement, pembesaran uterus
S: Soft, rahim masih tetap lunak
2.1.7.3 tata laksana penanganan

PENYAKIT TROFOBLAST

Dasar Diagnosis: Gejala Klinis:
a. pemeriksaan fisik a. rahim membesar
- rahim cepat membesar b. perdarahan dan syok
- tanda pasti hamil tidak ada c. ekspulsi gelembung mola
- terdapat gelembung d. anemis dan gejala sekunder
- perdarahan sampai syok
b. pemeriksaan laborat
c. pemeriksaan
- roentgen
- USG


Mola Hidatidosa Korio Karsinoma
o mola hidatidosa 75%
o abortus 20-25%
o persalinan 5-10%




Persiapan Evakuasi Metastase Non Metastase
a. lab dasar hati, vagina, paru
- alat evakuasi otak, tulang
- vakum listrik
dan manual
b. infuse tranfusi
c. profilaksis Sitostatika
- antibiotika - Methotraxate
- uterotonika - Actynimycin D
- Evaluasi faal
- Hati, ginjal
- darah

Pemeriksaan lanjutan Histerektomi
- Trias acosta sison - Dasar : Umur/paritas
- Periksa laborat hormonal

(Ida Bagus Manuaba, 1998 : 426)

2.2 Konsep Dasar Kuretase
2.2.1 Pengertian
- Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan)
- Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri
2.2.2 Langkah
2.2.2.1 konseling pra tindakan:
a. memberi informed consent
b. menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
c. menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
 garis besar prosedur tindakan
 tujuan dan manfaat tindakan
d. memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan
2.2.2.2 persiapan tindakan
a. menyiapkan pasien
1. mengosongkan kandung kemih
2. membersihkan genetalia eksterna
3. membantu pasien naik ke meja ginek
b. persiapan petugas
1. mencuci tangan dengan sabun antiseptik
2. memakai sarung tangan steril/DTT
c. persiapan alat dan obat
1. curettage set
2. curettage suction set
3. uterotonika
4. petidine dan diazepam
5. spul injeksi
2.2.2.3 tindakan kuretase
2.2.2.4 tindakan pasca kuretase
1. menyiapkan bahan untuk pemeriksaan hispatologi
2. melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
3. melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
2.2.2.5 konseling pasca tindakan
1. menerangkan kepada pasien akan tanda-tanda kemungkinan terjadinya komplikasi, perdarahan, atau infeksi
2. minta pada pasien agar segera dating ke klinik bila ada keluhan/ komplikasi
3. minta pada pasien untuk dating control (1 minggu kemudian)
4. memberi penjelasan tentang obat yang harus diminum sesuai resep

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada ibu dengan Mola Hidatidosa
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Data subyektif
1. Identitas
Berisi tentang biodata klien dan suaminya yang mencakup : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Anamnesa
Terdiri dari :
a. Keluhan utama
Keluar perdarahan dari kemaluan, nyeri pada perut bagian bawah, dismenorhea, darah keluar banyak
b. Riwayat penyakit ini
Berisi keluhan ketidaknyamanan dalam siklus menstruasi, hipomenorrhoe, amenorrhoe, pengeluaran sekret vagina yang abnormal, perdarahan setelah koitus atau aktivitas berat, timbulnya nyeri dari lumbal ke ekstremitas
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Adakah riwayat kanker atau penyakit yang berhubungan dengan alat kandungan juga penggunaan estrogen > 3 tahun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
e. Riwayat tumbuh kembang reproduksi
Menarche pada umur berapa, siklus, lama, banyaknya, haid terakhir, dismenorrhea, fluor albus, (bau, fluxus) usia pertama menikah, keluhan pada koitus, keluar darah diluar haid.
f. Riwayat obstetri dan KB
g. Perilaku kesehatan
Mencakup riwayat kehamilan, persalinan, nifas, kelahiran anak, KB yang lalu
h. Pola hidup sehari-hari
• Pola nutrisi ● Pola aktivitas
• Pola eliminasi ● Pola spiritual
• Pola istirahat ● Pola hubungan seksual
2.3.1.2 Data Obyektif
Adakah data yang didapat dari hasil pemeriksaan pada klien disertai hasil lab dan tes diagnostik lainnya.
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum, gizi, bentuk badan, kesadaran
- Tanda-tanda vital  tensi, nadi, suhu, RR
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Apakah ibu tampak pucat, mata : sklera putih atau tidak, konjungtiva merah muda atau tidak
b. Leher
Vena jugularis, kelenjar gondok, kelenjar limfe
c. Dada (payudara)
Adakah massa
d. Abdomen
Adakah pembesaran pada salah satu sisi, adakah sakit pada saat palpasi pada bagian adneksa
e. Genetalia
- Vulva dan vagina
Kebersihannya, adakah sekret yang keluar (fluor albus), kondilomata
- Porsio
Bagaimana keadaannya, utuh atau ruptur, ataukah kemerahan, pada kasus ini porsio ibu dalam keadaan baik, tidak ada nyeri pada porsio
f. Ekstremitas
Tidak ada oedem pada ekstremitas atas atau bawah
g. Palpasi
Tidak ada pembesaran pada salah satu sisi
3. Pemeriksaan khusus
a. Pada pemeriksaan dalam
Tidak didapatkan kelainan pada porsio
b. Laboratorium
Mungkin terjadi kelainan hematologik
4. Assesment / Diagnosa
Ibu dengan mola hidatidosa
5. Diagnosa potensial
6. Tindakan segera
Curetage
7. Rencana tindakan
1) Menjalin komunikasi terapeutik
R/ pendekatan mencerminkan kepedulian dan perhatian
2) Menyiapkan informed consent
R/ dengan informed concent klien adanya persetujuan tindakan medik
3) Mengkaji tanda-tanda vital
R/ pemantauan terhadap kondisi ibu
4) Menyiapkan posisi litotomi di meja ginekologi
R/ pelaksanaan kuretase lebih mudah karena daerah genitalia lebih tereksplor
5) Mengambil darah 2 cc untuk pemeriksaan laboratorium
R/ hasil laboratorium memberi gambaran system hematology klien
6) Memasang infus RL 20 tetes/menit
R/ penggantian cairan yang hilang
7) Memasang O2
R/ agar pernafasan ibu baik
8) Memasukkan clavamox (antibiotik) 1 gr IV
R/ antibiotik melindungi tubuh terhadap pencegahan infeksi
9) Memasukkan valium 2 ml IV
R/ anestesi membuat klien tenang saat dilakukan kuretase
10) Memasukkan methergin 1 amp IV
R/ mencegah perdarahan lanjut
11) Melakukan observasi 2 jam setelah tindakan
R/ mencegah perdarahan lanjut
12) Menganjurkan klien untuk kunjungan ulang ke poli kandungan
R/ memantau keadaan ibu

No comments:

Post a Comment