SEMOGA MEMBAWA MANFAAT

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics     Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

 

love life dividers pink divider roses comments

 

Flames Pictures Fire Pictures Lamps clipart blogger myspace hi5 templates banners

free animated website at tripod.com



Monday, March 2, 2009

PUBLIC RELATIONS





EFFECTIVE PUBLIC RELATIONS

Fungsi public relations adalah menciptakan dan memelihara citra positif dan saling
pengertian antara suatu perusahaan/personal dengan seluruh khalayaknya, baik eksternal
maupun internal. Setiap pribadi /perusahaan perlu memiliki fungsi ini, agar hubungan dengan
publiknya bisa terjalin dengan baik, dan dapat mendukung kinerja ke
arah yang lebih baik.

Kompetensi profesional itu Public Relations itu samasekali tidak boleh bersikap/ berperilaku : tidak etis, tidak benar, hanya bisa ber-publisitas murahan, berat sebelah, menumbuhkan kekecewaan karena janji dan memberi ekspektasi yang tidak realistikâ€

Pemahaman Public Relations (yang di Indone-siakan sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) secara kurang tepat) dan kompetensi yang dibutuhkan seorang PRO masih di bawah profesional. Pelaku Public Relations kita yang bersikap reaktif/bohong dan menutup tutupi (cover up) pasti tidak berhasil dengan fungsinya dan menjadi bahan tertawaan publiknya (meskipun tidak secara terbuka).

Secara profesional lima kompetensi dan kredibilitas merupakan tuntutan :
Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.

Kedua, kemampuan mengorganisir. Kemampuan ini tidak hanya menjadwalkan pertemuan, memprogram acara pertemuan, tetapi justru mengantisipasi komunikasi dwi arah yang subur, sekalipun dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan untuk langkah-langkah yang mendetail karena mewakili organisasi. Keteraturan mengorganisasikan pertemuan, kunjungan, dialog, sponsorship tanpa terlalu menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk kemampuan itu.

Ketiga, kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini ketrampilan tukar pikiran dialogis dengan berbagai publik dari segala lapisan. Dasarnya menghargai publik dan tidak menjauhinya atau membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO itu benar apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal. Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku “propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts�.

Ke-empat, integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan citra organisasinya betapa pun kurang sukses atau penuh kelemahan, harus tetap memiliki integritas. Integri-tas itu mencuat karena dapat diandalkan (reliability), dan tidak memihak dalam menyajikan informasi (impartiality of his information), membangun respek karena profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang lain, tetapi kalau tidak profesional dalam Public Relations, sebaiknya “menggugat diri� apakah fungsi itu tepat baginya.

Kelima, memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif, mampu memecahkan masalah, dan imajinasi untuk membuat komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu konstruktif dan menyenangkan publik yang kritis analitis.

Menjadi PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil mengikuti kursus pendek 1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah yang dipajang di tembok kantornya. Pengetahuan dasar harus diberi muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani menelan pil yang pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu publik, mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah suatu langkah pertama ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya.

PR menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwi-arah yang timbal balik baik melalui media maupun langsung dengan mendatangi publik publik yang dimaksud untuk memahami tekad itu. Proses pembaruan pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus berkesinambungan tanpa banyak gebyar-gebyar.

***********************************************************************

KESALAH PENGERTIAN TENTANG PR

1.PR adalah Personal Relation

Untuk menjadi PR harus memiliki kemampuan membina hubungan secara pribadi. Hal ini tidak seluruhnya salah tetapi bukan itu saja tugas dari seorang PR

2.PR adalah propaganda

Memang awal mula akar dari PR dari perang (lihat sejarah di atas). Pada masa perang memang PR digunakan untuk mengirim pesan yang salah untuk mematahkan semangat lawan. Propaganda dilakukan sepihak dan untuk kepentingan kemenangan satu pihak.

3. PR adalah Publisitas

Hal ini tampak pada lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah lebih banyak menggunakan PR nya untuk hal ini. PR tidak lebih digunakan sebagai "press relations" yang tugasnya hanyalah mempublikasikan kebijakan pemerintah, menyusun jadwal temu wartawan serta membawa wartawan turut kunjungan ke daerah daerah.

4. PR adalah iklan gratis

Berita yang dimuat di media dianggap sebagai iklan gratis sehingga banyak praktisi pemasaran berupaya memanfaatkan publikasi pers untuk mendapatkan keuntungan beriklan secara gratis. Padahal seperti diketahui bukan itu tujuan PR dan bukan itu pula tujuan berita.

5. PR adalah menjual senyum

Untuk menjadi PR harus cantik, pandai ha ha hi hi. Jika hanya ini yang dilakukan oleh PR maka sebuah perusahaan pasti akan kehilangan pamornya, apalagi di masa krisis. Pandangan seperti ini bahkan PR seperti yang no 1 masih banyak terjagi bahkan seperti baru baru ini (sekitar 1 tahun yang lalu), media massa pernah mengangkat isue bahwa PR disamakan dengan hostess, dan frekuensi munculnya isu itu cukup sering. Memang media yang menayangkan hal itu bukan media terkemuka tetapi paling tidak masih ada tertancap di benak pembuat berita bahwa PR hanyalah sebatas senyum dan obral kemampuan personal.

sumber: dari berbagai situs net.




No comments:

Post a Comment